
Batuk dan bersin biasanya diidentikkan dengan flu dan pilek biasa. Namun, alergi juga seringkali menjadi pemicu bersin dan batuk. Oleh karena itu, penting untuk memahami perbedaannya agar pengobatan yang sesuai dapat diterapkan.
Penyebab
Pilek dan batuk umumnya disebabkan oleh berbagai jenis virus yang menular melalui cairan dari batuk dan bersin. Di sisi lain, alergi merupakan reaksi imun terhadap alergen, dan seseorang dapat mengalami alergi jika ada riwayat keluarga dengan masalah alergi. Alergen dapat berasal dari makanan, suhu, debu, dan lain sebagainya.
Gejala
Meskipun keduanya memiliki gejala yang mirip, seperti batuk, bersin, nyeri saat menelan, hidung tersumbat, atau keluar cairan, ada perbedaan yang dapat diidentifikasi:
Pada flu atau pilek, seringkali disertai dengan nyeri pada sendi, kelelahan, dan demam. Biasanya sembuh sendiri dalam 7-10 hari.
Pada alergi, gejala gatal pada mata dan kemerahan pada kulit muncul, dan gejala ini akan hilang saat tidak ada kontak dengan alergen.
Banyak orang juga mencoba membedakan alergi dan flu berdasarkan warna cairan hidung. Namun, warna tidak dapat menjadi penanda pasti. Alergi pun dapat menghasilkan cairan hidung berwarna, sama seperti pada flu.
Pengobatan Flu
Flu umumnya sembuh sendiri dalam 7-10 hari. Obat yang diberikan bertujuan mengurangi gejala, seperti antinyeri dan dekongestan.
Antinyeri digunakan untuk meredakan gejala kelelahan, nyeri sendi, dan demam.
Dekongestan membantu melegakan hidung tersumbat dengan mengurangi pembengkakan pada pembuluh darah hidung. Tersedia dalam bentuk hirup dan tablet, dengan jenis seperti oxymetazoline, pseudoephedrine, dan phenylephrine.
Pengobatan Alergi
Langkah utama adalah mencari penyebab alergi atau alergennya dan menghindarinya. Produksi histamin tubuh akibat alergen dapat menimbulkan keluhan, dan untuk mengurangi gejala, obat antihistamin dan dekongestan dapat digunakan.
Antihistamin bekerja dengan menghambat produksi histamin yang berlebihan oleh tubuh. Terdapat dua generasi, dengan generasi pertama memiliki efek samping mengantuk yang lebih berat. Contoh antihistamin generasi pertama adalah klorfeniramin dan prometasin, sementara generasi kedua mencakup loratadin, fexofenadin, cetirizin, desloratadin, dan levocetirizin.
Perlu diingat beberapa hal dalam menggunakan dekongestan dan antihistamin:
Ibu hamil dan menyusui harus menggunakan sesuai petunjuk dokter.
Dosis dan jenis obat untuk anak-anak harus disesuaikan.
Hati-hati bagi individu dengan gangguan ginjal, hati, jantung, sirkulasi, hipertensi, diabetes, pembengkakan prostat, glaukoma, dan gangguan tiroid.
Penggunaan bersamaan dengan obat lain harus disesuaikan dengan petunjuk dokter untuk menghindari interaksi obat.
Meskipun gejalanya mirip, alergi dan flu adalah kondisi yang berbeda. Dengan memperhatikan secara cermat, kita dapat mengenali perbedaan dan memberikan pengobatan yang tepat.